MAHABBATULLAH (Mencintai Allah) SANGAT BERBEDA DENGAN MENCINTAI MAKHLUK
Tanda
cinta kepada Allah itu adalah dengan mengikuti akhlak, perbuatan, perintah, dan sunah-sunah
kekasih Allah Swt. Hal ini telah Allah isyaratkan dalam firman-firman nya :
“ Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka ambilah, dan apa yang dilarangnya maka tinggalkanlah.” (QS. AL- Hasyr : 7)
Juga dalam
Firman yg lain nya :
“ Katakanlah , jika kamuy (benar-benar) mencintai Allah , maka ikutiah aku, maka Allah akan mengasihimu.” (QS.Ali Imran : 31)
Rasulullah s.a.w
Bersabda :
“ Tidak sempurna iman seseorang diantara kamu, hingga aku lebih ia cintai dari anaknya, orang tuanya,dan sekalian manusia.” (HR.Ahmad sepakat juga Turmudzi,Nasai’ Ibnu Majah,dari Anas; shohih)
Ibnu Atthoillah
berkata,,
“ Tidaklah kamu mencintai sesuatu kecuali kamu menjadi hamba baginya, dan dia tidak ingin kamu menghamba kepada selain-Nya”.
Oleh karena
itu, maka wajar sajaapabila hati telah mencintai sesuatu ia akan dating kepadanya,
tunduk, dan taat kepada seluruh perintahnya. Karena sesungguhnya sang pencinta
yang mencintai dengan seluruh hatinya akan menjadi seorang yang patuh terhadap
seluruh perintah yg dicintainya. Ketaatan dan kepatuhan inilah yg sebenarnya menjadi
hakikat penyembahan ( U’budiyah).
Cinta kita
hanya layak diberikan kepada sang pencipta, Allah Subhanahu Wata’ala.
Tiadalah makhluk layak mendapatkan cinta kecuali sebagai manifestasi atas cinta kita kepada-Nya. Karenya cinta kita terhadap sesame makhluk semestinya tidak membutakan kita dari menetapi ketentuan_nya. Totalitas kita dalam mencintai Allah hendaknya tidak terkalahkan dengan rasa cinta kita kepada makhluk. Karena yg demikian itu sungguh disukai Allah sebagai mana firman-Nya :
Tiadalah makhluk layak mendapatkan cinta kecuali sebagai manifestasi atas cinta kita kepada-Nya. Karenya cinta kita terhadap sesame makhluk semestinya tidak membutakan kita dari menetapi ketentuan_nya. Totalitas kita dalam mencintai Allah hendaknya tidak terkalahkan dengan rasa cinta kita kepada makhluk. Karena yg demikian itu sungguh disukai Allah sebagai mana firman-Nya :
“ Katakanlah: ‘jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yg kamu usahakan, perniagaan yg kamu khawatirkan kerugian nya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasulnya dan dari berjihad dijalan nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan _Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS.At-Taubah: 24)
Oleh karena
itu, Allah sangat tidak ridho kepada hambanya
yang mengabdikan diri kepada selain Allah. Sebagai salah satu contoh
dapat kita lihat “kecaman” Allah terhadap hambanya yang menjadi budak
hawa nafsunya,yang termaktub dalam firman-Nya :
“ Maka pernahkah kamu melihat orang yg menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan nya, dan Allah membiarkan nya sesat berdasarkan ilmu-Nya, dan Allah telah mengunci mati pendengaran nya dan hatinya dan meletakan tutupan atas penglihatan nya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat) ? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”. (QS. Al Jatsiyah :23)
Ayat ini
merupakan nash pengecaman bagi orang yang mencintai hawa nafsunya
dan menjadikan Tuhan selain Allah.
Rasulullah
SAW bersabda :
“ Tanda cinta kepada Allah adalah mencintai Dzikrullah, dan tanda benci kepada Allah adalah membenci Dzikrullah”.( HR.Baihaqi, dari Anas ra.)
Rasulullah
SAW bersabda :
“ Bila Allah mencintai seorang hamba, Dia berfirman kepada Jibril.”Ya Jibril, sesungguhnya Aku mencintai si Fulan, maka cintailah dia. Maka Jibril pun mencintainya, dan kemudian Jibril menyeru penduduk langit: “Sesungguhnya Allah telah mencintai si Fulan , maka cintailah dia” Maka penduduk langit pun mencintainya. Kemudian Allah menyatakan keridhoan-Nya (menerima) pada penduduk yang ada di bumi tersebut”.( HR.Abu Hurairoh dan Muslim dalam Albirr was shilah, dan Turmudzi dalam At Tafsir).
Wallahu a’lam…
0 comments