BEDANYA THOMA’ dan WAHAM
Thoma’ adalah mengejar -ngejar nikmat yang belum ada ,
sedangakan yang ada tidak disyukuri. Bukan tidak boleh ada keinginan tapi
keinginan tersebut hendaknya disertai dengan mensyukuri yang sudah ada.
Apakah rumah anda sudah dilengkapi kursi? Pernah
berkunjung ke rumah orang kaya? Lalu melihat kursinya lebih bagus dari punya
anda,dan harganya sekitar 20 juta? Bukan kah suka timbul dalam hati keinginan
memiliki kursi yang serupa dan menganggap remeh kursi yang ada, itulah Thoma’. Contoh lain, untuk bepergian
kita sudah punya Avanza, ketika melihat orang
lain mengendarai Fortuner, maka Avanza
yang sudah ada mendadak kurang bernilai, dan seolah kita menafikanya “ aah mobil saya Cuman Avanza butut “.
Jangan begitu saudaraku,ucapkanlah Alhamdulillah.
Bukankah masih banyak orang yang bepergian kemana-mana menggunakan sepeda
motor,ketika cuaca panas kepanasan,saat hujan kehujanan,bahkan masih banyak
pula mereka yang kemana-mana hanya jalan kaki saja,karena tidak punya kendaraan
sama sekali. Lebih dari itu , banyak saudara kita yang tidak mempunyai dua kaki
untuk berjalan,kemana-mana harus ngesot atau pakai kursi roda.
Mengapa Thoma’ menjadi sumber kehinaan??
Menurut syekh Ahmad Zaruk di dalam Syarah Al Hikam ibn
Athoillah, thoma’ menjadi sumber
kehinaan ,karena thoma’ sering disertai dengan 3 hal :
- 1. Tergesa- gesa untuk memiliki barang/ keadaan yang di inginkan
- 2.
Menunjukan
kelemahan dan keputus asaan kepada orang yang di anggap dapat memberi atau
memenuhi keinginanya dengan tujuan agar dikasihani
- 3.
Membentuk
pribadi-pribadi penjilat
Mari baca dan telaah diri kita masing-masing,jika
masih ada bibit Thoma dalam diri,sedikit demi sedikit kita bersihkan dengan
Dzikir yang ber metoda,yang sudah di Ijazahkan . karena dengan memelihara sifat
thoma’ dalam diri,kita tidak akan menemukan kebahagiaan dalam hidup.
Sedangkan WAHAM adalah sesuatu yang
tidak nyata / angan-angan atau dugaan.
Yang membawa kita kepada Thoma’ adalah waham yaitu duga-dugaan.
Orang yang belum punya motor menduga ; “ enak kayanya
kalau saya punya motor,kemana-mana tidak harus capek jalan kaki.
Ketika sudah punya motor waham (dugaan) menuntunya
kembali untuk beranggapan “ enak kayanya kalo saya punya mobil,disamping tidak
capek saat bepergian, tidak perlu kepanasan
atau kehujanan juga.
Dan seterusnya bermunculan waham-waham yang
lain,sehingga kita lupa untuk menikmati karunia Allah yang sudah ada pada diri
kita. Kita tidak akan pernah bahagia kalau seperti ini terus. Syukuri , nikmati, dan manfa’atkan yang sudah
ada.
Kalau kita dalam keadaan sangat lapar, yang ada
dihadapan kita sepiring nasi dan ikan asin, makan dan nikmati saja itu. Jangan
malah menggerutu dan melamunkan ikan Mas/ Gurame yang masih dikolam.
Oleh karena itu, pada saat muncul lintasan waham
(praduga) dalam benak kita,segera putuskan. Jangan terus di ikuti, agar tidak
berlanjut menjadi sifat Thoma’.
wallahu a'lam...
0 comments